Lomba melukis tong sampah di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
Tong sampah selalu identik dengan hal-hal yang sifatnya kotor, bau, dan enggan untuk peduli. Untuk apa berlama-lama di tempat sampah, atau sekadar peduli dengan tong sampah yang biasanya lalu lalang di pinggir trotoar jalanan.

Banyak yang masih acuh, dengan kebersihan. Sekalipun ada hadist yang menyebut kebersihan sebagian dari iman, atau kata-kata mutiara semacam "kebersihan pangkal kesehatan". Dunia kehidupan setiap orang berbeda-beda, bergantung usianya masing - masing. Untuk orang tua pasti ingin anaknya bisa menjaga kebersihan, untuk anak muda, "ah sudahlah..."

Saya pernah mengikuti sebuah lomba melukis tong sampah, di sebuah kampus cukup populer di Cirebon. Dari kegiatan kampus anak-anak muda pada tahun 2013 itu, banyak juga yang iseng ingin ikut dalam lomba yang hadiahnya hanya ratusan ribu rupiah tersebut.

Meski hadiah juara tidak seberapa, tetapi banyak yang ikut partisipasi. Bukan karena cari uang hadiahnya, tetapi "nilai kepuasan" karya seni mereka yang didapat. Sehingga, dengan modal imajinasi, mendapatkan juara, mereka sudah merasa menjadi "seniman dadakan".

Dari sana saya berpikir, kita bisa menanam jiwa-jiwa kepedulian, meskipun hanya sedikit, tetapi "kena" dan "bermakna" dalam kehidupan dengan bingkisan menarik sebuah perlombaan. Memacu kreatifitas dan tentunya, "nilai seni yang mereka ciptakan sendiri."